

Dari Kebun ke cangkir: kopi wine jadi inovasi eksklusif perkopian, industri kopi Indonesia kembali menghadirkan inovasi unik yang menarik perhatian para penikmat kopi premium. Kopi wine, sebuah proses fermentasi biji kopi yang menyerupai metode pembuatan wine, kini menjadi tren baru yang eksklusif dalam dunia perkopian.
Berbeda dengan kopi biasa, kopi wine diolah melalui proses pasca panen yang lebih panjang, yakni dengan fermentasi alami selama 25 hingga 40 hari. Proses ini memberikan karakter rasa yang lebih kompleks, dengan aroma fruity, asam segar, dan aftertaste menyerupai anggur merah. Meski dinamai “wine”, kopi ini tidak mengandung alkohol.
“Inovasi kopi wine bukan hanya soal rasa, tapi juga tentang cerita di balik cangkir. Ini adalah hasil dari keterampilan petani, kontrol fermentasi yang presisi, dan cuaca yang mendukung,” ujar Fadli Wibowo, salah satu roaster di Yogyakarta yang mulai mempopulerkan kopi wine sejak 2023.
Permintaan terhadap kopi wine meningkat pesat di pasar lokal dan internasional, terutama dari segmen specialty coffee. Petani kopi di daerah seperti Gayo, Toraja, dan Kintamani mulai mengadopsi metode ini karena nilai jualnya yang lebih tinggi dibanding proses konvensional.
Meski prosesnya rumit dan penuh risiko, hasil akhir yang didapat sangat memuaskan. “Kami butuh ketelatenan ekstra. Jika fermentasi gagal, semua panen bisa rusak. Tapi jika berhasil, harganya bisa dua sampai tiga kali lipat dari kopi biasa,” kata Rini, petani kopi dari Kintamani, Bali.
Dari Kebun kopi wine bukan hanya mencerminkan inovasi, tapi juga menjadi simbol bagaimana kopi Indonesia mampu bersaing di panggung global. Perpaduan tradisi, teknik modern, dan keberanian untuk bereksperimen menjadikan kopi ini sebagai ikon baru dari kekayaan rasa Nusantara.
Fermentasi Alami Jadi Kunci Cita Rasa Unik Kopi Wine, dalam beberapa tahun terakhir, kopi wine menjadi primadona baru di kalangan pecinta kopi spesialti. Proses fermentasi alami yang menjadi ciri khasnya menghadirkan cita rasa yang berbeda dari kopi konvensional—lebih kompleks, fruity, dan memikat.
Meski namanya “kopi wine”, minuman ini sama sekali tidak mengandung alkohol. Nama tersebut merujuk pada proses pasca panen biji kopi yang menyerupai fermentasi anggur. Biji kopi dibiarkan mengalami fermentasi selama 25 hingga 40 hari, dengan kontrol suhu dan kelembapan yang ketat.
“Kunci utamanya ada pada fermentasi alami. Proses ini memungkinkan berkembangnya karakter rasa yang unik seperti rasa buah, asam segar, bahkan kadang menyerupai wine merah,” ungkap Dimas Prakoso, seorang Q Grader dan roaster dari Bandung.
Proses ini membutuhkan ketelatenan tinggi karena perubahan suhu atau kesalahan kecil dapat merusak seluruh hasil panen. Namun, jika berhasil, biji kopi menghasilkan profil rasa yang sangat kompleks dan dihargai tinggi di pasar internasional.
Para petani kopi di Indonesia, terutama di daerah seperti Gayo (Aceh), Bajawa (NTT), dan Kintamani (Bali), mulai menerapkan metode ini sebagai bentuk inovasi dan nilai tambah. Mereka melihat kopi wine sebagai peluang untuk menembus pasar kopi premium global.
“Awalnya kami ragu, tapi setelah pelatihan dan beberapa kali uji coba, hasilnya luar biasa. Kopi wine kami sekarang dikirim ke Jepang dan Eropa,” kata Wayan Sutirta, petani kopi asal Kintamani.
Dari Kebun Petani Kopi Lokal Raup Cuan Lewat Inovasi Fermentasi, iInovasi dalam dunia perkopian tak hanya soal teknik penyeduhan, tetapi juga proses di balik layar—tepatnya di kebun kopi. Salah satu yang tengah naik daun adalah metode fermentasi alami, atau yang lebih dikenal lewat hasil akhirnya: kopi wine.
Inovasi ini membuka peluang ekonomi baru bagi petani kopi lokal. Dengan proses yang lebih rumit namun bernilai tinggi, banyak petani kini mampu meraup cuan dari biji kopi hasil fermentasi, yang dihargai jauh lebih tinggi dibanding kopi biasa.
“Sebelumnya kami hanya jual green bean biasa. Sekarang, setelah menerapkan fermentasi wine, kopi kami bisa dijual tiga kali lipat lebih mahal,” ungkap Rini, petani kopi asal Kintamani, Bali.
Kopi wine dihasilkan melalui proses fermentasi natural selama 25 hingga 40 hari, di mana biji kopi dibiarkan dalam ceri (kulit buahnya) agar mengalami proses biologis mirip pembuatan anggur. Hasilnya? Profil rasa yang unik—fruity, kompleks, dan memiliki aroma khas yang tak ditemukan pada proses biasa.
Dimas, seorang roaster dari Malang, menyebut bahwa kopi wine dari petani lokal kini jadi buruan pecinta kopi spesialti luar negeri. “Kopi dari Gayo dan Kintamani, khususnya yang wine process, mulai rutin kami ekspor ke Eropa dan Jepang. Kualitasnya mulai diakui,” katanya.
Tantangan tetap ada. Proses fermentasi membutuhkan cuaca yang stabil dan pengawasan ketat. Kegagalan sedikit saja bisa menyebabkan kerugian besar. Namun, berkat pelatihan dan pendampingan dari komunitas kopi dan lembaga pendukung, semakin banyak petani berhasil menerapkan metode ini secara konsisten.
Dari Kebun Daya Tarik Baru Di Kafe Spesialis: Kopi Wine Makin Diminati Penikmat Kopi Premium, Kopi wine kini menjadi bintang baru di berbagai kafe spesialis yang menyajikan kopi berkualitas tinggi. Dengan profil rasa yang unik dan proses fermentasi alami yang rumit, kopi ini menarik perhatian para penikmat kopi premium yang haus akan pengalaman baru dalam secangkir kopi.
Berbeda dengan kopi biasa, kopi wine melalui proses fermentasi selama berhari-hari—bahkan hingga lebih dari sebulan—dengan biji kopi yang masih terbungkus daging buahnya. Hasilnya adalah rasa yang kompleks: fruity, asam segar, dengan sentuhan aftertaste seperti wine merah, meski tanpa kandungan alkohol.
“Banyak pelanggan datang khusus untuk mencoba kopi wine. Mereka penasaran karena aromanya beda dan rasanya lebih hidup. Ini bukan sekadar kopi, tapi pengalaman rasa,” ujar Andra, barista senior di salah satu kafe spesialis di Jakarta Selatan.
Tren ini juga didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen terhadap asal-usul kopi dan metode pengolahannya. Mereka tak hanya menikmati kopi sebagai minuman, tetapi juga menghargai cerita dan proses di baliknya.
Tak heran, banyak kafe premium mulai menyajikan kopi wine sebagai menu eksklusif dengan metode penyeduhan manual. Seperti V60 atau pour over untuk menjaga keaslian rasa.
“Rasa kopi wine sangat cocok untuk penikmat kopi yang suka eksplorasi. Asamnya bersih, manis alami, dan aroma buahnya menonjol,” kata Yulia. Seorang pelanggan tetap yang menyebut kopi wine sebagai “kopi yang penuh kejutan.”
Biji kopi wine yang dipasok dari petani-petani lokal di Gayo. Kintamani, dan Toraja juga meningkatkan nilai ekonomi bagi produsen di hulu. Dengan permintaan yang terus naik, kopi wine menjadi jembatan antara inovasi rasa dan kesejahteraan petani.
Dengan cita rasa yang khas dan nilai cerita yang kuat. Kopi wine diprediksi akan terus memperluas pasarnya di ranah kafe spesialti, baik di dalam negeri maupun mancanegara Dari Kebun