

Risiko Diabetes saat ini diabetes bukan lagi penyakit yang hanya menyerang kelompok tertentu atau usia lanjut. Saat ini, diabetes telah menjadi salah satu masalah kesehatan global yang paling cepat berkembang. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, lebih dari 537 juta orang dewasa di dunia hidup dengan diabetes, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta pada 2045 jika tidak ada intervensi signifikan.
Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dan laporan Kementerian Kesehatan, prevalensi diabetes melitus terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2013, prevalensinya adalah 6,9%, namun naik menjadi 8,5% pada 2018, yang berarti sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia diperkirakan hidup dengan diabetes. Sayangnya, lebih dari 50% kasus diabetes di Indonesia tidak terdiagnosis, sehingga penderita tidak menyadari kondisinya hingga muncul komplikasi serius seperti gagal ginjal, kebutaan, stroke, bahkan amputasi.
Risiko Diabetes tipe 2 sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik dan pola makan tinggi gula. Obesitas juga menjadi faktor utama, selain faktor keturunan dan usia. Pola hidup yang sehat tetap menjadi faktor dominan dalam pencegahan. Oleh karena itu, gaya hidup aktif dan sehat sangat penting untuk semua kalangan usia.
Risiko Diabetes: Pencegahan Melalui Gaya Hidup Sehat pola hidup sehat bukan hanya pilihan, tetapi kebutuhan utama dalam mencegah diabetes. Berbagai penelitian menunjukkan perubahan gaya hidup dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 hingga 58%, terutama pada usia lanjut. Salah satu studi terbesar, Diabetes Prevention Program (DPP) di AS, menunjukkan pola makan dan olahraga lebih efektif. Perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat dan rutin berolahraga meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi risiko diabetes tipe 2. Konsistensi perubahan gaya hidup dapat memperbaiki kesehatan jangka panjang, mengurangi komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes.
Mengatur asupan makanan menjadi langkah awal yang sangat penting. Diet tinggi serat, rendah gula tambahan, dan rendah lemak jenuh sangat dianjurkan. Konsumsi buah-buahan, sayuran segar, biji-bijian utuh (whole grain), dan protein tanpa lemak membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Hindari makanan olahan, minuman bersoda, dan camilan tinggi kalori yang menjadi penyumbang utama obesitas—faktor risiko utama diabetes.
Selain itu, menjaga berat badan ideal sangat krusial. Obesitas meningkatkan risiko resistensi insulin, yaitu kondisi di mana tubuh tidak merespons insulin dengan baik, sehingga kadar gula darah tetap tinggi. Data dari WHO menunjukkan bahwa lebih dari 80% penderita diabetes tipe 2 mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Oleh karena itu, penurunan berat badan meski hanya 5–10% dari total berat tubuh sudah dapat memberikan efek signifikan dalam mengurangi risiko diabetes.
Kebiasaan tidur yang cukup dan manajemen stres juga berpengaruh besar. Kurang tidur dan stres kronis dapat meningkatkan kadar hormon kortisol dan adrenalin yang dapat memicu lonjakan gula darah. Oleh karena itu, pola hidup sehat bukan hanya soal makan dan olahraga, tetapi juga mencakup aspek mental dan emosional.
Pentingnya Aktivitas Fisik Dalam Menjaga Keseimbangan Gula Darah aktivitas fisik adalah salah satu pilar utama dalam pencegahan dan pengelolaan diabetes. Olahraga membantu otot menyerap glukosa lebih efisien, bahkan tanpa bantuan insulin, sehingga kadar gula darah bisa lebih terkontrol. WHO merekomendasikan setidaknya 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang per minggu untuk orang dewasa, atau sekitar 30 menit per hari selama lima hari dalam seminggu.
Jenis olahraga yang efektif mencakup jalan cepat, bersepeda, berenang, senam aerobik, hingga aktivitas fisik sehari-hari seperti berkebun atau naik-turun tangga. Bahkan aktivitas ringan yang dilakukan secara konsisten memiliki manfaat besar. Studi dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa berjalan kaki selama 30 menit sehari dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 hingga 30%.
Tak hanya itu, olahraga juga membantu menurunkan berat badan, meningkatkan sensitivitas insulin, serta memperbaiki tekanan darah dan profil lipid. Kombinasi antara olahraga aerobik dan latihan kekuatan (seperti angkat beban ringan atau yoga) memberikan hasil terbaik dalam menstabilkan kadar glukosa darah.
Bagi penderita pradiabetes, aktivitas fisik teratur sangat efektif mencegah perkembangan kondisi menjadi diabetes tipe 2 yang kronis. Sayangnya, survei Kementerian Kesehatan menunjukkan sekitar 33,5% masyarakat Indonesia masih kurang aktif, terutama di wilayah perkotaan.
Penting pula untuk memperhatikan asupan cairan dan waktu makan sebelum berolahraga, terutama bagi yang memiliki risiko hipoglikemia (gula darah terlalu rendah). Konsultasi dengan tenaga medis atau pelatih kesehatan sangat dianjurkan sebelum memulai program latihan rutin. Minum air cukup sebelum dan sesudah latihan membantu menjaga keseimbangan cairan serta mencegah dehidrasi yang bisa memperburuk kondisi kesehatan. Makan camilan sehat sebelum olahraga dapat menjaga kestabilan gula darah dan mencegah kelelahan berlebihan selama aktivitas fisik berlangsung.
Edukasi Dan Akses Kesehatan: Kunci Pencegahan Berkelanjutan meski gaya hidup sehat terbukti ampuh dalam mengurangi risiko diabetes, penerapannya secara luas memerlukan dukungan sistemik berupa edukasi dan akses layanan kesehatan yang merata. Banyak masyarakat, terutama di pedesaan dan kelompok ekonomi menengah ke bawah, masih belum memahami faktor risiko dan tanda awal diabetes.
Skrining dini melalui tes gula darah, HbA1c, atau toleransi glukosa oral perlu disosialisasikan sebagai bagian dari perawatan rutin. Data Kemenkes RI 2022 menunjukkan hanya sekitar 15% penduduk dewasa di Indonesia yang pernah melakukan cek gula darah berkala. Deteksi dini memungkinkan intervensi lebih cepat sebelum komplikasi berkembang, mengurangi risiko kerusakan jangka panjang akibat diabetes yang tidak terdeteksi.
Puskesmas dan layanan kesehatan primer perlu dilibatkan lebih aktif dalam program edukasi dan promosi gaya hidup sehat kepada masyarakat. Pendekatan berbasis komunitas seperti posyandu lansia, kelas olahraga ibu-ibu, dan kampanye di sekolah terbukti efektif menjangkau lapisan masyarakat lebih luas. Partisipasi tokoh lokal dan kader kesehatan penting dalam membangun kepercayaan serta mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan preventif.
Program nasional seperti GERAKAN Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang diinisiasi pemerintah menjadi langkah awal yang baik dalam pencegahan diabetes. Namun, program ini perlu ditingkatkan dengan pelatihan kader, ketersediaan alat skrining, dan kolaborasi lintas sektor dengan dunia usaha dan media.
Penyediaan lingkungan yang mendukung gaya hidup aktif sangat penting, seperti jalur sepeda, taman bermain, dan ruang publik yang sehat. Literasi gizi dan edukasi konsumen harus ditingkatkan karena masih banyak produk makanan dan minuman tinggi gula beredar tanpa pengawasan.
Pencegahan diabetes melalui gaya hidup sehat dan aktif adalah kunci utama untuk menekan prevalensi dan dampaknya. Pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan individu harus berkolaborasi menciptakan ekosistem yang mendukung perubahan perilaku. Dengan edukasi, akses layanan kesehatan yang lebih baik, dan lingkungan yang mendukung kebiasaan sehat, Indonesia dapat membalik tren peningkatan diabetes, menurunkan Risiko Diabetes.